Jatinangor. sumber: jepret sendiri

Sedikit Tentang Jatinangor

Lazuardyas Zhafran Ligardi
3 min readOct 25, 2017

Jatinangor, dulu hanyalah kebun, dan melihat keadannya sekarang. Bahkan jika masih diberi kesempatan hidup mister Baron Baud pun tidak akan pernah menyangka bahwa tanah perkebunan miliknya, seratus tahun kemudian akan berubah seperti ini. Mereka tercerabut dari akar budaya mereka yang sebagian besar adalah petani, dan pekerja-pekerja lahan pertanian mulai meyusut dari tahun-ke tahun. Berganti dengan tempat kos, pusat perbelanjaan dan toko-toko. Hanya Menara Loji dan Jembatan Cincin yang dapat menjadi saksi bisu berubahnya wilayah ini. Ah, mereka berdua bisu. Seandainya saja mereka dapat berbicara dongengnya pasti panjang. Mungkin, ini sedikit hal yang ingin mereka ceritakan.

Pada abad ke-19, Djati Nangor hanyalah sebuah perkebunan yang dimiliki kaum kumpeni dibawah Cultuur Ondernemingen van Maatschappij Baud yang dimiliki Baron Baud, tuan tanah yang merupakan anak dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu. Nama Djati Nangor diberikan langsung oleh si tuan tanah, nama yang berasal dari salah satu jenis rerumputan yang tumbuh di situ. Pada awalnya daerah itu bernama kampung Cikeruh yang kemudian ditingkatkan jadi onderdistrict Cikeruh yang termasuk dalam district Tanjungsari. Perbandingannya dengan sekarang, Cikeruh adalah nama salah satu desa dan Jatinangor serta Tanjungsari keduanya sudah berstatus kecamatan.

Jembatan Cincin. Oleh Wijnand Kerkhoff untuk Nationaal Archief

Disana sang tuan tanah Belanda kumpeni memiliki perkebunan karet seluas 600-an hektar. Vegetasi yang dibudidayakan di Jatinangor adalah tanaman teh akan tetapi kemudian diganti dengan tanaman karet seiring naiknya harga komoditas tersebut. Sungguh subur ternyata tanah Djati Nangor ini. Rupanya selain karet dan teh, persenjataan berbahan besi buatan para pandai besi Tjikeroeh menjadi komoditas primadona di zamannya. Saat itu Jatinangor menjadi kawasan produktif dan untuk mempermudah aliran logistik, Staat Spoorwegen Verenidge Spoorwegbedrijf pada tahun 1918 membangun jaringan transportasi, termasuk jembatan bagi kereta api untuk membawa hasil bumi ke Rancaekek. Jembatan itulah yang kita kenal sekarang dengan nama Jembatan Cincin yang terletak di Cikuda itu.

Sangat disayangkan, peninggalan-peninggalan yang menjadi saksi bisu selama ratusan tahun itu terbengkalai tanpa terawat. Dari beberapa sumber yang diperoleh, lonceng Menara Loji sudah hilang dicuri, struktur bangunannya juga sudah nampak rapuh. Tidak jelas siapa yang mengurus menara ini, yang jika kreatif, dapat dikonversi menjadi leisure park, sehingga menjadi nilai sejarah berdaya guna. Karena saya sendiri yakin para mahasiswa-mahasiswa yang bosan bakal senang dengan adanya leisure park yang instagrammable. Soalnya kalo mau hiburan ke jatos mulu, huh.

Termasuk jembatan cincin Cikuda, yang menjadi header photo pada tulisan ini. Sejak rel besinya dilepas otomatis tidak dapat lagi digunakan sebagai jalur kereta. Entah dengan alasan apa jembatan cincin dibiarkan dalam kondisi aslinya yang bahkan tanpa pagar pembatas itu. Padahal setiap struktur memiliki masa tahan tersendiri. Mau lewat mana kawan-kawan mahasiswa yang indekos di Cikuda jika pada suatu masa jembatan itu rusak karena tidak dirawat?

Dan sekarang, kebun-kebun karet yang luas itu sebagian telah berubah menjadi jalan raya lintas provinsi, berubah menjadi berbagai macam kampus, seperti Unpad, ITB, Ikopin, IPDN, beberapa apartemen dan pusat perbelanjaan. Banyaknya pendatang dengan berbagai latar belakang budaya, yang kebanyakan adalah mahasiswa di kampus-kampus tersebut menjadikan Jatinangor masa kini menjadi melting pot. Barangkali, Melting Pot atas berbagai kebudayaan dan latar belakang lah, yang mungkin, mengubah Jatinangor menjadi wilayah yang sekarang kita pijak ini.

Pada akhirnya, Jatinangor hanyalah sebuah kecamatan yang ramai. Itu saja sebenarnya.

Cisaladah, Jatinangor, 24 Oktober 2017

Tulisan serupa dimuat di blog pribadi https://dyasligardi.wordpress.com/2017/10/24/jatinangor/

Berbagai Sumber:
http://www.jatinangorku.com/menilik-riwayat-menara-loji-dan-jembatan-cincin.html
https://www.merriam-webster.com/dictionary/melting%20pot
• Cerita dosen Pengantar Ilmu Komunikasi, Pak Samson
COLLECTIE TROPENMUSEUM De theeonderneming ‘Djatinangor’ ten oosten van Bandung https://tropenmuseum.nl/nl/Collectie
•Eka Marlin Batari, E. (2015). Pengaruh Peninggalan Jalan Kereta Api terhadap Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat di Cilayung, Jatinangor Tahun 2007–2014 (Doctoral dissertation, UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
•Tia dan Aci; 2004, Saksi sejarah nan Terabaikan. dalam dJatinangor UKM FIKOM UNPAD, edisi XIV, tahun VII, 2004, halaman 15
Foto Menara Loji Jatinangor. http://www.imgrum.org/user/inimahsumedang/1510624774/1034395180637789720_1510624774

--

--